[Review Carabao Cup] Man United 0-2 Man City : MU Kembali Terhenti di Semifinal

Manchester United harus kembali bersabar untuk laga final pertama mereka di bawah arahan Ole Gunnar Solskjaer, setelah takluk di kandang sendiri dari rival sekota, Manchester City, yang musim lalu juga menyingkirkan mereka di ajang dan babak yang sama.

Solskjaer kini tercatat telah berhasil membawa MU ke empat laga semifinal semenjak mengambil alih kursi pelatih pada 2018 silam, sebelum tersingkir secara pahit. Musim lalu, mereka tersingkir oleh Manchester City di Piala Liga, takluk dari Chelsea di Piala FA, kalah dari Sevilla di Piala Eropa, dan kini kembali tunduk pada Manchester City di Piala Liga.

Banyak pendukung United yang kembali geram dengan catatan ini, pasalnya MU dinilai sedang dalam performa terbaik mereka dalam 7 tahun terakhir. Bahkan, banyak yang membandingkan kegagalan Ole ini dengan manajer legendaris MU, Sir Alex Ferguson. Ferguson hanya kalah enam kali di semifinal, dalam 26 tahun memimpin MU. Jadi, kuota Ole kini tersisa dua semifinal, sebelum bisa bermimpi menukangi MU 24 tahun lagi. Namun perlu diingat juga, bahwa di empat tahun pertama melatih, Ferguson belum mampu membawa MU ke semifinal.

Di pertandingan dini hari tadi, MU mengawali laga di Theatre of Dreams dengan cukup meyakinkan. Dua menit laga berjalan, striker mereka, Marcus Rashford, melepaskan tendangan keras yang berhasil ditepis penjaga gawang City, Zach Steffen. Bola hasil tepisannya lalu mengenai bek sendiri, John Stones, dan bergulir masuk ke gawang City. Namun, gol ini dianulir wasit karena Rashford ternyata sudah berada dalam posisi  offside ketika menyambut bola. Menit ke-9, MU kembali menciptakan peluang melalui tendangan Bruno Fernandes dari luar kotak penalti. Bola mengarah tajam ke pojok kiri gawang City, tetapi berhasil ditepis lagi oleh Steffen.

Aneh tapi nyata, peluang emas MU di babak pertama ternyata berakhir di situ. Sebaliknya, City makin mendominasi dan gencar mengancam gawang United, yang kali ini dikawal Dean Henderson. Menit ke-6, Ilkay Gundogan mencetak gol untuk City, tetapi dianulir karena offside. Menit ke-13, Kevin de Bruyne mengancam gawang MU lewat tendangan keras dari luar kotak penalti, yang membentur tiang kanan. Menit ke-24, striker Phil Foden mencetak gol untuk City, tetapi kembali dianulir karena offside.

Babak pertama berakhir dengan City unggul jauh atas United secara statistik. Dalam hal penguasaan bola, City memimpin 68 berbanding 32 persen dibanding United. City juga membuat 412 total operan, 374 operan sukses, dan 200 operan di paruh wilayah lawan. Sementara United, meski tampil di kandang sendiri, hanya membuat 192 total operan, 158 operan sukses, dan 71 operan di paruh wilayah lawan.

Memasuki babak kedua, City langsung memimpin lewat gol dari pemain belakang mereka, John Stones. Bola hasil tendangan bebas Phil Foden dari sisi kanan, berhasil disontek ke gawang MU oleh Stones, yang sudah tiga tahun tidak mencetak gol untuk City. Unggul satu gol tidak membuat City mengendorkan serangan. Tiga menit berselang, Joao Cancelo, yang kali ini diturunkan sebagai pemain tengah, melepaskan tendangan keras yang hanya melenceng beberapa inci dari mistar gawang. Menit ke-57, Henderson dipaksa menepis bola, setelah umpan Foden berhasil ditanduk Raheem Sterling, ke sisi kanan gawang MU. Henderson juga kembali dipaksa melakukan terkaman di menit ke-60, untuk merebut bola dari kaki Sterling yang berhasil lolos dari kawalan bek MU. Menitke-62, Henderson, yang di laga ini merupakan debutan dalam derbi Manchester, lagi-lagi tampil sebagai pahlawan ketika berhasil menepis tendangan Riyad Mahrez.

Tanpa kehadiran striker berpengalaman mereka, Edinson Cavani yang mendapat sanksi tiga kali larangan bermain, karena postingannya di Instagram, MU pun kian tumpul. Selain tandukan melebar dari Harry Maguire saat menyambut sepak pojok, dan beberapa tendangan Fernandes yang ditangkap dengan mudah oleh Steffen, atau jauh melebar dari gawang City, MU bisa dibilang lumpuh total di babak kedua. Striker Anthony Martial dan Marcus Rashford tampil lesu dan tidak mampu berbuat banyak dalam menembus lini belakang City yang dikawal Ruben Dias. Di lini tengah, Bruno Fernandes yang tampil tidak seperti biasanya, tampak frustrasi dan jarang berkreasi menciptakan peluang matang. Paul Pogba pun tidak berbuat banyak dalam mendukung serangan United dan kalah bersaing dengan lini tengah City yang turun dengan lima gelandang.

Meski punya sembilan pemain cadangan hebat dan berpengalaman, seperti Juan Mata, Nemanja Matic, Axel Tuanzebe, Eric Bailly, Alex Telles, dan Daniel James yang semuanya belakangan ini tampil bagus, serta memiliki kuota pergantian pemain hingga lima orang, Ole Gunnar Solskjaer tampak adem ayem dan tidak merasa harus berbuat sesuatu. Terutama terhadap Fernandes yang sudah ngos-ngosan, Pogba yang tanpa motivasi, atau bahkan Luke Shaw yang kesulitan membantu serangan karena terus disibukkan oleh Sterling. Ole baru melakukan pergantian pemain di menit ke-75 dan 88. Itu pun cuma memasukkan dua pemain muda, Mason Greenwood dan Donny Van de Beek, yang terbukti inferior ketika berhadapan dengan lini tengah City yang berpengalaman.

Memasuki 15 menit terakhir, City tampak sangat nyaman dalam melakukan passing dan pressing terhadap MU. Saking nyamannya, mereka hanya melakukan satu pergantian pemain di menit 79, ketika Rodri masuk menggantikan Mahrez. Akhirnya, memasuki menit ke-83, City yang memang pantas menang, berhasil menggandakan keunggulan melalui Fernandinho. Umpan Kevin de Bruyne dari sepak pojok yang ditanduk ke luar oleh Aaron Wan Bissaka, berhasil diceploskan ke pojok kanan gawang MU. Harapan United ke final pun pudar.

Ole: Ini Bukan Soal Mental

Dalam wawancara daring pascatanding, Ole menegaskan bahwa kekalahan ini bukan karena masalah mental terkait ingatan pahit di tiga semifinal sebelumnya. Menurut Ole, kekalahan ini lebih merupakan masalah kurangnya kualitas, karena timnya berhadapan dengan tim Manchester City yang memang tampil bagus dan pantas untuk menang.

“Memasuki babak semacam ini, kita tentu menghadapi tim yang lebih baik. Kami harus lebih baik lagi. Itu dia jawabannya: kami harus lebih baik lagi. Menurut saya, ini bukan masalah mental, tetapi latihan, kebiasaan, dan terkadang hasrat.” Ole juga mengaku kecewa karena harus kebobolan dari skema bola mati. “Jika kebobolan dari permainan terbuka, itu lain ceritanya. Namun, kebobolan dua kali akibat bola mati, itu mengecewakan. Gol pertama selalu penting di pertandingan semacam ini. Setelah mereka mencetak gol, kami lebih menguasai bola, tetapi tidak menciptakan cukup peluang.”

Ole

Guardiola Bangga

Di sisi lain, manajer Manchester City, Pep Guardiola, mengaku bangga atas para pemainnya yang telah berhasil melanjutkan warisan dari Colin Bell dan legenda-legenda klub. Seperti terlihat pada awal laga semifinal tadi, City dan jagad sepak bola dunia, hari ini memberikan penghormatan pada legenda Manchester City, Colin Bell, yang baru saja meninggal dunia, dengan sesaat mengheningkan cipta.

“Hari ini merupakan pencapaian hebat oleh kami, tetapi kami dedikasikan kemenangan ini untuk Colin Bell dan keluarganya, serta para pendukung Manchester City, yang tentunya sangat merindukan dia. (Kepergian) Colin merupakan kehilangan besar. Itu berita buruk, tetapi kami bisa melanjutkan dan terus berbangga atas apa yang telah diciptakan orang-orang ini di masa lalu. Lemari kami tidak menyimpan trofi sebanyak beberapa tim lain di Inggris dan Eropa, tetapi Colin Bell telah menciptakan perasaan (bangga) ini. Sehingga hari demi hari berlalu dengan luar biasa, terutama saat melawan rival United di Old Trafford dan menang lagi. Kami memainkan sepak bola yang luar biasa dan menang, dan akan tampil di Wembley lagi.”

Pep Guardiola

Guardiola Bertemu Mourinho di Final

Kemenangan ini mengantarkan City untuk bertemu Tottenham Hostpur di final. Sehari sebelumnya, Tottenham berhasil memastikan satu tempat di final, setelah menyudahi perlawanan tim liga dua, Brentford. Tim asuhan Jose Mourinho tersebut berhasil menang dengan skor 2-0, lewat gol Mousa Sissoko (’12) dan Heung-Min Son (’70).

Pertemuan kedua tim ini juga menarik, karena manajer Pep Guardiola dan Jose Mourinho punya sejarah sewaktu masih menukangi Barcelona dan Real Madrid. Ini akan menjadi final pertama kedua manajer hebat ini sejak 2011, ketika Real Madrid-nya Mourinho berhasil menggagalkan Barcelona-nya Guardiola di final Piala Raja Spanyol, sekaligus mencegah Barcelona meraih treble di tahun itu.

(DS)

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*