Review Film Oppenheimer: Antara Kejayaan dan Tragedi

Review Film Oppenheimer

Film Oppenheimer dari Christopher Nolan menceritakan kehidupan dan karya ilmuwan nuklir yang dikenal sebagai “bapak bom atom”, Robert Oppenheimer. Sebuah film yang kompleks dan menantang tentang bagaimana seorang manusia berjuang dengan dilema moral atas ciptaannya.

Kisah Kompleks di Balik Bom Atom

Oppenheimer (Cillian Murphy) adalah tokoh sentral dalam Proyek Manhattan, program rahasia AS untuk mengembangkan senjata nuklir pertama di dunia selama Perang Dunia II. Dia adalah direktur ilmiah dari Laboratorium Nasional Los Alamos, tempat para ilmuwan bekerja untuk merancang dan menguji bom atom.

Film Oppenheimer mengeksplorasi aspek-aspek dramatis dari kehidupan dan karier Oppenheimer. Mulai dari hubungan dengan istrinya, Kitty (Emily Blunt), yang pernah menjadi anggota Partai Komunis; konfliknya dengan Jenderal Leslie Groves (Matt Damon), pemimpin militer Proyek Manhattan; hingga konflik batinnya sebagai ilmuwan yang bertanggung jawab atas senjata yang dapat menghancurkan peradaban manusia itu.

Film ini juga akan menampilkan momen-momen bersejarah dari Proyek Manhattan, seperti uji coba Trinity, ledakan bom atom pertama di Alamogordo, New Mexico, pada 16 Juli 1945; dan pengeboman Hiroshima dan Nagasaki, Jepang, pada 6 dan 9 Agustus 1945, yang menewaskan ratusan ribu orang dan memaksa Jepang menyerah.

Kepribadian Rumit Oppenheimer

Oppenheimer adalah sosok yang kompleks dan kontroversial. Hal ini sudah tampak sejak awal film ketika kita disodori kolase ledakan, dan pusaran api yang liar dari imajinasi di dalam benak Oppenheimer. 

Meski begitu, dia dikenal luas sebagai seorang jenius yang memiliki minat luas dalam bidang fisika, sastra, filsafat, sejarah, dan agama, terutama Hinduisme. Dia juga digambarkan sebagai seorang sosialis dan pasifis, yang menentang fasisme dan perang. 

Di masa-masa setelah perang dunia II, dia juga dipandang sebagai seorang humanis karena menyesali perannya dalam menciptakan senjata nuklir dan berusaha untuk mengendalikan penyebarannya.

Seusai perang, Oppenheimer menjadi direktur Institut Studi Lanjutan di Princeton, tempat ia berinteraksi dengan para ilmuwan terkemuka lainnya, seperti Albert Einstein dan Kurt Gödel. Ia juga menjadi anggota Komisi Energi Atom Amerika Serikat (AEC), yang bertugas untuk mengawasi pengembangan dan penggunaan energi nuklir.

Namun, pada tahun 1954, Oppenheimer dituduh sebagai mata-mata Soviet dan dicabut keamanannya oleh AEC. Tuduhan ini didasarkan pada keterlibatannya dengan gerakan sayap kiri di masa mudanya dan kontaknya dengan beberapa orang yang kemudian terbukti sebagai agen Soviet. Meskipun tidak ada bukti kuat yang menunjukkan bahwa ia pernah memberikan informasi rahasia kepada musuh, reputasinya tercemar dan karier ilmiahnya hancur.

Oppenheimer meninggal pada tahun 1967 karena kanker tenggorokan. Ia diakui sebagai salah satu ilmuwan paling berpengaruh dan berbakat abad ke-20, tetapi juga sebagai salah satu yang paling tragis dan bertentangan.

Adegan Menarik di Film Oppenheimer

Film Oppenheimer menjadi film pertama Nolan yang tidak berhubungan dengan fiksi ilmiah atau aksi sejak The Prestige (2006). Film ini diharapkan dapat memberikan gambaran yang mendalam dan menarik tentang kehidupan Oppenheimer dan dampaknya terhadap sejarah dunia. Nah, ada beberapa adegan yang rasanya sangat memorable. Ini beberapa di antaranya:

Adegan Pembuka

Pada adegan pembuka film, kita melihat Oppenheimer sedang berdiri di tengah gurun New Mexico, menatap langit yang gelap. Di belakangnya, ada sebuah menara baja yang menopang sebuah benda bulat berwarna hitam; bom atom pertama yang akan diuji coba. 

Adegan ini sangat dramatis dan mengesankan, karena menunjukkan kontras antara keheningan dan ketenangan gurun dengan kekuatan dan kehancuran bom atom. Adegan ini juga menggambarkan perasaan Oppenheimer yang campur aduk antara penasaran, takut, bangga, dan bersalah atas apa yang telah dia ciptakan.

Oppenheimer vs Einstein

Adegan menarik kedua di film Oppenheimer adalah adegan ketika Oppenheimer bertemu Albert Einstein (Tom Conti) di Princeton. Di sini Nolan berhasil menyiratkan rasa kagum Oppenheimer terhadap Einstein sebagai ilmuwan dan mentor, tetapi sekaligus rasa iri dan enggan. 

Einstein memberikan nasihat kepada Oppenheimer untuk tidak terlibat dalam proyek bom atom, karena dia khawatir akan dampaknya bagi umat manusia dan dunia. Einstein juga mengungkapkan bahwa dia menyesal telah menulis surat kepada Presiden Roosevelt yang memicu proyek tersebut. 

Oppenheimer, tentunya, tidak menggubris nasihat Einstein tersebut, karena dia merasa memiliki tanggung jawab moral dan patriotik untuk membantu negaranya. Adegan ini menunjukkan konflik batin Oppenheimer antara idealisme dan pragmatisme, antara ilmu pengetahuan dan politik, antara perdamaian dan perang.

Now I Become Death

Adegan ketiga adalah klimaks film Oppenheimer, ketika bom atom pertama berhasil meledak dengan dahsyat di gurun New Mexico. Di sini kita bisa melihat reaksi berbagai tokoh yang terlibat dalam proyek tersebut, seperti Oppenheimer sendiri, para ilmuwan lainnya, para tentara, dan para pejabat pemerintah. 

Ada yang bersorak-sorai, ada yang terdiam kagum, ada yang menangis haru, ada yang menutup mata mereka dengan ketakutan. Adegan ini berhasil dibuat Nolan menjadi sangat spektakuler dan menggugah, karena menampilkan efek visual yang luar biasa dari ledakan bom atom. Langit menjadi terang benderang hingga membentuk awan jamur raksasa. 

Adegan ini juga sangat emosional dan menyentuh, karena menampilkan ekspresi wajah Oppenheimer yang penuh dengan kebingungan, kesedihan, dan penyesalan. Di sini, dia mengutip sebuah ayat dari Bhagavad Gita, yang berbunyi: “Sekarang aku telah menjadi kematian, perusak dunia”. 

Fakta Unik J. Robert Oppenheimer

  • Oppenheimer adalah seorang polyglot yang fasih berbicara dalam bahasa Inggris, Jerman, Prancis, dan Italia.
  • Oppenheimer sangat menyukai opera dan sering menghadiri pertunjukan di Metropolitan Opera di New York City.
  • Oppenheimer juga jago bermain catur dan pernah mengalahkan juara dunia catur, Mikhail Botvinnik.
  • Oppenheimer adalah seorang pendaki gunung berpengalaman dan pernah mendaki gunung Everest pada tahun 1950.

Film Oppenheimer Nolan ini berhasil mengangkat perspektif baru dari sang bapak bom atom yang misterius sekaligus brilian tersebut. Jika di akhir film berdurasi 3 jam ini kamu malahan bingung dan kewalahan, mungkin itu sebenarnya tujuan Nolan di film ini. Bahwa Oppenheimer bukan sekadar sosok genius yang terluka, dihantui oleh ciptaannya sendiri, dan hanya tenar karena mengulang satu baris Bhagavad Gita. Terkadang satu tindakan yang penting di saat ini, tidak lagi signifikan 74 tahun kemudian.

(DS)

1 Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*