Review Film Hotel Mumbai (2018), Gambaran Kebrutalan Teroris

Hotel Mumbai membawa penonton ke dalam peristiwa nyata yang mengguncang India dan dunia pada tahun 2008. Disutradarai oleh Anthony Maras, film ini merekonstruksi tragedi berdarah yang terjadi di Taj Mahal Palace Hotel, Mumbai, dengan pendekatan sinematik yang mendalam dan menghormati kisah para korban dan penyintas.

Cerita berfokus pada sekelompok tamu dan staf hotel yang terjebak di dalam Taj Hotel saat serangkaian serangan teror mengguncang kota Mumbai. Salah satu tokoh sentral adalah Arjun (Dev Patel), seorang pelayan berdedikasi yang berusaha menyelamatkan para tamu, dibantu oleh Chef Oberoi (Anupam Kher). Dalam keadaan genting, mereka harus memilih antara bertahan hidup atau mempertaruhkan nyawa demi orang lain.

Serangan teroris yang terjadi di hotel tersebut bukan sekadar aksi kekerasan biasa melainkan tindakan tersebut menunjukkan kebrutalan yang luar biasa terhadap warga sipil tak bersenjata. Di dalam Taj Mahal Palace Hotel, para teroris dengan kejam menembaki tamu dan staf tanpa pandang bulu, termasuk keluarga dengan anak kecil dan orang lanjut usia.

Mereka memburu korban satu per satu, bahkan menggunakan komunikasi radio untuk mendapatkan instruksi pembunuhan secara real-time dari pihak yang mengendalikan aksi dari jauh.

Tindakan mereka menunjukkan kebejatan moral yang mendalam, tidak hanya karena kekerasannya, tetapi juga karena cara mereka mengeksploitasi rasa takut dan kekacauan demi propaganda. Kejahatan ini mencederai kemanusiaan dan meninggalkan luka mendalam bagi India dan dunia.

Film ini tidak hanya menyajikan aksi, namun juga memperlihatkan sisi kemanusiaan yang kuat di tengah ancaman yang terus menghantui.

Penampilan Dev Patel sebagai Arjun menjadi sorotan utama. Ia berhasil memancarkan rasa takut, keberanian, dan ketulusan dalam satu waktu. Chemistry-nya dengan Anupam Kher memberikan dimensi emosional yang kuat terhadap dinamika staf hotel sebagai garda terakhir keselamatan.

Anthony Maras, yang sebelumnya lebih dikenal lewat film pendek, menunjukkan kematangan dalam penyutradaraan panjang pertamanya. Ia menyeimbangkan antara ketegangan dan empati, tanpa terjebak dalam eksploitasi tragedi.

Dengan pendekatan sinematografi semi-dokumenter, Hotel Mumbai memberikan kesan seolah-olah penonton ikut terjebak di dalam hotel tersebut. Kamera bergerak dinamis namun tidak berlebihan, sementara desain suara dan pencahayaan memperkuat atmosfer tegang dari awal hingga akhir film.

Di akhir film, pasukan elit India akhirnya menyerbu hotel dan menumpas para teroris setelah tiga hari penyanderaan. Arjun berhasil menyelamatkan Zahra dan anaknya, sementara Chef Oberoi tetap setia mendampingi para tamu sampai akhir.

Film ditutup dengan catatan nyata tentang keberanian para staf hotel, banyak di antaranya memilih tetap tinggal untuk membantu tamu dan beberapa bahkan kehilangan nyawa. Taj Hotel kemudian direnovasi dan dibuka kembali sebagai simbol keteguhan dan kemanusiaan.

Fakta Menarik Film Hotel Mumbai

  • Film ini diadaptasi dari wawancara dan rekaman nyata, termasuk dokumenter Surviving Mumbai (2009), yang menjadi referensi utama bagi tim produksi.
  • Meski mengambil latar Taj Mahal Palace Hotel, sebagian besar adegan direkam di Adelaide Studios, Australia, karena kendala keamanan.
  • Dev Patel menyatakan bahwa proses syuting film ini sangat emosional, dan ia sengaja menghindari naskah asli untuk mempertahankan spontanitas reaksi terhadap adegan-adegan teror yang intens.
  • Karakter Chef Oberoi diadaptasi dari tokoh nyata, Hemant Oberoi, kepala koki hotel yang benar-benar memimpin upaya penyelamatan para tamu.

Hotel Mumbai bukan hanya film thriller tentang aksi dan teror. Ini adalah kisah nyata tentang keberanian, kemanusiaan, dan pengorbanan dalam situasi yang paling tidak manusiawi. Disampaikan dengan hormat dan intensitas yang menggigit, film ini mengajak penonton tidak hanya untuk tegang, tetapi juga untuk merenung.

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*