
Monkey Man bercerita tentang kisah “Kid”, seorang pemuda misterius yang mencoba bertahan hidup di dunia India yang keras. Ia menjadi petarung bertopeng dalam klub bawah tanah, tapi apa yang terlihat seperti kekerasan biasa, ternyata adalah bagian dari misi pribadi penuh dendam. Menggunakan kekuatan fisik dan simbolisme budaya, ia menyasar elit korup yang pernah menghancurkan hidupnya dan keluarganya.
Ini bukan sekadar film aksi brutal. Monkey Man menggabungkan aksi penuh tenaga dengan lapisan emosi dan konteks sosial-politik India yang kompleks. Dev Patel menghadirkan karakter utama yang bukan hanya kuat secara fisik, tapi juga hancur secara emosional.
Cerita ini punya napas panjang tentang trauma masa kecil, ketidakadilan sosial, dan pencarian jati diri. Terinspirasi dari mitologi Hanuman, sosok pahlawan setia dan kuat yang memberi dimensi simbolik yang kuat. Semakin dalam kamu nonton, semakin terasa bahwa ini bukan cuma soal balas dendam, tapi juga soal mencari makna hidup dalam dunia yang terasa kacau karena perbedaan kasta sosial dan masalah elit politik.
Patel benar-benar totalitas di film debut penyutradaraannya ini. Gaya visualnya gelap, mentah, dan intens. Kamera sering kali bergoyang seolah kita berada di tengah perkelahian. Editing-nya cepat, tapi tetap terarah sehingga menciptakan sensasi kacau yang sesuai dengan kekacauan batin si tokoh utama.
Soundtrack-nya pun sangat serasi, menggabungkan nuansa tradisional India dengan sentuhan modern dan elektronik. Efeknya bikin suasana makin tegang dan emosional.
Jika selama ini kita melihat akting Dev Patel lewat peran-peran seperti Slumdog Millionaire, Hotel Mumbai, atau Lion, bersiaplah melihat sisi lain dirinya. Di sini, dia adalah petarung berdarah dingin sekaligus pria rapuh yang dihantui masa lalu. Transformasi fisiknya pun nyata, badannya penuh luka dan urat, gerakannya penuh kemarahan, tapi matanya selalu penuh kesedihan dan amarah.
Di akhir film Monkey Man, Kid berhasil membalaskan dendamnya terhadap para elit yang menghancurkan hidupnya, namun ia merasa kosong dan terisolasi. Meskipun mendapatkan “keadilan”, tidak ada kepuasan yang ia rasakan. Film berakhir dengan Kid melepaskan topeng monyet simbol perjuangannya, menandakan langkah awal menuju pencarian kedamaian batin.
Fakta Menarik Film Monkey Man
- Syuting di Batam, Indonesia! Banyak adegan film ini justru diambil di Batam setelah izin syuting di India tidak keluar akibat pandemi. Beberapa stuntman lokal Indonesia juga ikut terlibat.
- Dev Patel cedera saat syuting. Ia mengalami patah tangan dan jari kaki, tapi tetap melanjutkan syuting. Totalitas banget!
- Terinspirasi dari Hanuman. Karakter “Kid” mengenakan topeng monyet sebagai simbol kekuatan, kesetiaan, dan perlawanan, mengacu pada dewa Hanuman dalam mitologi Hindu.
- Didukung oleh Jordan Peele. Film ini akhirnya rilis lewat rumah produksi milik Jordan Peele (Get Out, Us) setelah sempat kesulitan cari distributor. Peele langsung tertarik setelah melihat potensi naskah dan gaya penyutradaraannya.
- Film aksi yang sarat kritik sosial. Isu-isu seperti kasta, korupsi, dan ketidakadilan sosial di India dibahas tanpa terasa menggurui lebih sebagai latar kuat yang memperdalam karakter dan konflik.
Monkey Man bukan hanya film aksi biasa. Ia adalah gabungan langka antara kekerasan yang bergaya dan kedalaman emosional yang jujur. Dev Patel tampil totalitas, bukan cuma sebagai aktor, tapi juga kreator yang ingin menyampaikan sesuatu yang bermakna. Film ini menyakitkan, menghantui, tapi juga membebaskan persis seperti perjalanan karakter utamanya.